Skip to main content

Pengalaman dan Pilihan


Banyak sekali peristiwa yang sudah kita alami dalam hidup ini, meskipun kita tidak selalu menyadarinya. Namun apakah peristiwa itu ada pengaruhya atau tidak  terhadap kehidupan kita jelas akan sangat tergantung pada kita juga.
Penglaman yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada orang yang berbeda pula, misalnya ketika ada dua orang melakukan pendakian di sebuah gunung, bisa jadi masing-masing dari mereka dapat menafsirkan pengalamanya dengan sangat berbeda, dan lagi pengaruh atas pengalaman itu bisa juga berbeda, bisa jadi orang (pendaki) yang pertama tadi tidak mau naik gunung lagi setelah pengalaman pertamanya mendaki, namun sebaliknya, orang yang kedua akan sangat mendambakan pendakian-pendakian lain karena merasa sangat tertantang.
Penyebabnya bisa bermaam macam, juga tergantung konteks kejadianya. Namun, pribadi individu juga sangat berperan dalam hal ini. Kembali pada contoh saya tadi tentang pendaki gunung. Pribadi yang tegar, kuat, pantang menyerah akan cenderung merasa tertantang dengan segala bentuk rintangan dan hambatan yang terjadi, itu mungkin sifat yang dimiliki oleh pendaki kedua. Sebaliknya, orang yang berjiwa penakut, mudah menyerah dan putus asa akan lebih memillih untuk tidak melakukan hal-hal yang sama, yang membuatnya lelah dan takut, mungkin inilah karakter yang dimiliki oleh pendaki pertama dalam cerita saya tadi.
Lalu bagaimana dengan pribadi kita? Mungkinkan kah mengubah pribadi yang kita sendiri tidak tahu kenapa kita mempunyai pribadi yang kita miliki sekarang ini? Mungkin kita merasa tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih sejak awal, namun bisa saja kita sebenarnya  telah memilih dan memelihara pribadi dalam diri kita hingga sekarang. Setidaknya lingkungan dimana kita dibesarkan akan sangat mempengaruhi kepribadian kita. Biasanya, orang yang tinggal di lingkungan religius akan memiliki pribadi yang religus juga. Sedang sebaliknya, orang yang tinggal di lingkungan preman, pelaku kejahatan dan minum-minuman keras akan menjadi orang yang susah diatur. Meski ada juga yang tidak, namun rasionya sangat kecil.
Dalam sejarah islam, kita tentu tahu tokoh yang bernama Umar bin Khotob, mungkin sebagian juga tahu siapa dan bagaimana dia sebelum memeluk agama islam. Dia adalah orang kafir yang jago bertarung, suka menantang orang untuk berkelahi, tidak takut dengan siapapun bahkan dengan gagah dia pernah berjalan menuju rumah Muhammad untuk membunuhnya. Namun sebaliknya, setelah dia memeluk agama islam, dia menjadi orang yang santun, orang yang sangat bijak hinga akhirnya dengan proses pemilihan yang demokratis dia dipercaya untuk menjadi kholifah yang kedua, pemimpin sebuah Negara. Pribadinya berubah 180 derajat berbalik. Kisah ini membuktikan bahwa merubah pribadi adalah sesuatu yang mungkin terjadi pada siapapun, terlebih pada orang  yang mau berusaha.
Pada intinya apa yang saya maksudkan adalah bahwa sebenarnya apapun yang kita alami, apa yang terjadi pada diri kita, baik atau buruknya, sangat tergantung pada bagaimana kita menyikapinya. Bahkan lebih dari itu, kita bisa merubah pribadi kita menjadi apapun. Menjadi orang yang baik atau tidak itu pilihan, dan orang yang baik akan menentukan pilihan dengan bijak.

Comments

  1. wah terus bagaimana caranya kita memilihnya bosssss?????
    visit my blog
    [url=http://mohammad-mustaqim.blogspot.com]Affiliate blog, monetize blog,Articles[/url]

    [url=http://1s-traditionalwedding.blogspot.com]Dress wedding, ring wedding, articles[/url]

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bangun pagi

Pagi, meski tak lagi pagi karena matahari yang sudah meninggi Sunyi, masih tetap saja sunyi, hanya suara tv, sepi Bukan, air sudah beriak teriak lewat keran kecil Mesin-mesin juga sudah meraung-raung Wanita-wanita paruh baya sudah ramai, entah apa Bapak-bapak juga berkumpul di sisi lain, tapi tak banyak bicara Tapi lagi, kenapa masih sepi.. Atau aku yang terisolasi Mengisolasi?

Teori Empirisme

Lingkungan adalah salah satu hal pokok yang mempengaruhi kulaitas hidup seorang manusia, meski bukan satu-satunya - karena masih ada faktor bawaan atau yang biasa disebut faktor genetik-, namun banyak pendapat yang mengatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan seorang manusia. Bahkan pada abad pertengahan, seorang filsuf dan pakar pendidikan asal Inggris, John locke (1632-1704) mengeluarkan sebuah teori yang dinamakan dengan teori empirisme, teori ini menyatakan bahwa manusia di lahirkan didunia dalam keadaan seperti kertas putih yang masih kosong (tabularasa,locke), dan yang mengisi kertas itu pada nantinya adalah pengalaman-pengalaman yang dialami seorang anak tersebut hingga anak itu menjadi dewasa. Pengalaman-pengalaman itu bisa didapat secara langsung, atau ditularkan orang lain, misalnya melalui sekolah atau bantuan buku-buku yang dibaca oleh seorang anak tersebut.

Bahasa, Sastra dan Keindahan

Ketepatan dalam menggunakan bahasa akan sangat membantu tersampaikanya sebuah pesan secara maksimal, begitu juga sebaliknya, ketika bahasa yang digunakan itu kurang - atau bahkan tidak - tepat, maka pesan yang disampaikan akan - bisa jadi - berbeda dengan apa yang sebenarnya dimaksudkan. Tidak terlalu sulit memang untuk memilih bahasa yang  mudah dan dapat dipahami orang lain, meski kadang ada beberapa orang yang merasa kesulitan dalam hal ini.