Skip to main content

Bahasa, Sastra dan Keindahan

Ketepatan dalam menggunakan bahasa akan sangat membantu tersampaikanya sebuah pesan secara maksimal, begitu juga sebaliknya, ketika bahasa yang digunakan itu kurang - atau bahkan tidak - tepat, maka pesan yang disampaikan akan - bisa jadi - berbeda dengan apa yang sebenarnya dimaksudkan. Tidak terlalu sulit memang untuk memilih bahasa yang  mudah dan dapat dipahami orang lain, meski kadang ada beberapa orang yang merasa kesulitan dalam hal ini.


Namun dalam konteks yang lain, ketika sebuah pesan –harus - disampaikan melalui sastra, maka akan ada banyak sekali pertimbangan, pertimbangan untuk tidak menggunakan bahasa yang mudah dipahami kebanyakan orang.  Salah satu yang menjadi pertimbangan penting, ketika sebuah pesan disampaikan melalui bahasa sastra adalah sebuah KEINDAHAN, keindahan yang meski tidak universal, namun – bagi sebagian orang- biasanya akan menjadi sangat kuat dan mampu mengalahkan keindahan-keindahan dalam dimensi yang lain. Maka, seringkali, bahasa yang digunakan dalam sebuah sastra adalah bahasa yang tidak biasa.

Ada beberapa hal yang menjadikan bahasa terlihat seperti tidak biasa, Pertama, pilihan kata yang dipilih adalah kata-kata yang tidak umum atau jarang digunakan, yang mungkin sebagian orang tidak tau maknanya, dan kalaupun sebenarnya sebuah kata itu umum, namun ketika di letakkan dalam konteks bahasa yang tidak biasa, maka kata itu akan menjadi tidaka biasa. Yang kedua, susunan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan juga tidak umum seperti ketika menggunakan bahasa non sastra, susunanya bisa terbalik, terkesan tidak nyambung, susah di fahami dll, namun itulah sastra, yang denganya, bahasa menjadi lebih indah. 

Comments

Popular posts from this blog

Bangun pagi

Pagi, meski tak lagi pagi karena matahari yang sudah meninggi Sunyi, masih tetap saja sunyi, hanya suara tv, sepi Bukan, air sudah beriak teriak lewat keran kecil Mesin-mesin juga sudah meraung-raung Wanita-wanita paruh baya sudah ramai, entah apa Bapak-bapak juga berkumpul di sisi lain, tapi tak banyak bicara Tapi lagi, kenapa masih sepi.. Atau aku yang terisolasi Mengisolasi?

Teori Empirisme

Lingkungan adalah salah satu hal pokok yang mempengaruhi kulaitas hidup seorang manusia, meski bukan satu-satunya - karena masih ada faktor bawaan atau yang biasa disebut faktor genetik-, namun banyak pendapat yang mengatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan seorang manusia. Bahkan pada abad pertengahan, seorang filsuf dan pakar pendidikan asal Inggris, John locke (1632-1704) mengeluarkan sebuah teori yang dinamakan dengan teori empirisme, teori ini menyatakan bahwa manusia di lahirkan didunia dalam keadaan seperti kertas putih yang masih kosong (tabularasa,locke), dan yang mengisi kertas itu pada nantinya adalah pengalaman-pengalaman yang dialami seorang anak tersebut hingga anak itu menjadi dewasa. Pengalaman-pengalaman itu bisa didapat secara langsung, atau ditularkan orang lain, misalnya melalui sekolah atau bantuan buku-buku yang dibaca oleh seorang anak tersebut.