Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2011

Aku Saja!

Rendah,, hina,, tidak bernilai,, Tersungkur dalam lumpur hitam pekat yang kotor Sama sekali kosong.. Bukan,, tapi tidak ada isinya Ahh,, sama saja, meski tidak serupa Hentikan saja!

Bahasa, Sastra dan Keindahan

Ketepatan dalam menggunakan bahasa akan sangat membantu tersampaikanya sebuah pesan secara maksimal, begitu juga sebaliknya, ketika bahasa yang digunakan itu kurang - atau bahkan tidak - tepat, maka pesan yang disampaikan akan - bisa jadi - berbeda dengan apa yang sebenarnya dimaksudkan. Tidak terlalu sulit memang untuk memilih bahasa yang  mudah dan dapat dipahami orang lain, meski kadang ada beberapa orang yang merasa kesulitan dalam hal ini.

Teori Empirisme

Lingkungan adalah salah satu hal pokok yang mempengaruhi kulaitas hidup seorang manusia, meski bukan satu-satunya - karena masih ada faktor bawaan atau yang biasa disebut faktor genetik-, namun banyak pendapat yang mengatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan seorang manusia. Bahkan pada abad pertengahan, seorang filsuf dan pakar pendidikan asal Inggris, John locke (1632-1704) mengeluarkan sebuah teori yang dinamakan dengan teori empirisme, teori ini menyatakan bahwa manusia di lahirkan didunia dalam keadaan seperti kertas putih yang masih kosong (tabularasa,locke), dan yang mengisi kertas itu pada nantinya adalah pengalaman-pengalaman yang dialami seorang anak tersebut hingga anak itu menjadi dewasa. Pengalaman-pengalaman itu bisa didapat secara langsung, atau ditularkan orang lain, misalnya melalui sekolah atau bantuan buku-buku yang dibaca oleh seorang anak tersebut.

Sms..

Aku teringat suatu kejadian kecil yang terjadi sudah agak lama ketika teman-temanku menggodai salah satu temanku yang lain menggunakan hp. Klasik memang, karena intinya temanku berpura-pura menjadi seorang cewek yang salah kirim sms. Namun sebagai seorang yang berada dalam posisi netral, karena tidak terlibat sebagai pemain secara langsung, aku menangkap sesuatu yang sepertinya menarik dan menggelitik pikiranku. Ada aturan-aturan yang sangat dipahami salah seorang temanku yang menjadi "pemain" penting dalam kasus tersebut, namanya Wichaksono, pusat oleh-oleh (kebetulan namanya sama dengan nama toko disebelah.red),, hehe. 

Silahkan pilih!

Ada yang agak lucu dan sayang untuk tidak aku abadikan, setidaknya dalam sebuah tulisan, setelah melakukan diskusi kecil dengan seorang sahabat yang waktu itu sedang sakit. Dia mengeluh, dan agak malu, sambil sedikit meringis dengan tangan di perut dan muka yang terlihat pucat dia bilang, “sorry wang, semalem aku enggak bisa datang, aku sakit,, tapi sakitku enggak keren, aku mencret wang”. Hehe, kalimat itu sangat lucu menurutku, bahkan waktu itu aku harus menahan tawa agar tidak terlihat meledak, karena harus menghormati temenku, yang lagi sakit, apalagi sakitnya enggak keren, haha.. ahh, jadi tertawa lagi.

Sedikit lagi,,

Satu persatu “beban” telah terlepas Rasa berat akan beban-beban itupun telah mulai terurai burai Meski setiap dari apa-apa yang telah kita lakukan pasti meninggalkan bekas Dan meski bekas itu kadang dapat bisa menjadi beban baru yang tak kalah beratnya Namun setidaknya aku sekarang telah merasakanya. Hawa, ioni, atmosphere aura atau apalah namanya, yang jelas ia telah kembali Belum semua memang, karena belum terasa sempurna Namun aku- sekali lagi- sudah dapat merasaknya.. Dalam hati aku berucap Aku siap..

Atur Posisi

Matahari sudah hampir bersinar sempurna ketika mata ini terbuka. Meski belum terasa lama tertutup, namun karena ada sesuatu yang harus dikerjakan, maka aku bangkit dengan agak sempoyongan, sebuah indikasi adanya sesuatu yang tidak tuntas sebelumnya, tidak salah lagi, kurang tidur. Selepas membasuh muka dan diteruskan dengan ritual lain, aku sudah harus menyalakan “si Biru” yang menyimpan hampir semua kerangka kerjaku selama beberapa waktu terahir ini. Tidak tanggung-tanggung memang, tanggung jawab yang harus aku pikul kali ini seperti sesuatu yang asing bagiku. Meski telah banyak terlibat dalam hal yang serupa, namun rasanya berada dalam posisi yang seperti ini,,,  ahh.. tidak terbayangkan sebelumnya.

Paradoks

Hari yang sangat melelahkan, bukan - hanya- dalam arti fisik, namun juga mental. Berat rasanya, apa lagi banyak    yang harus di korbankan, hakku untuk mendapatkan sesuatu, yang sebenarnya merupakan kewajibanku dalam sudut pandang yang lain, harus kurelakan sejenak, namun karena atas nama tanggung jawab, maka bagiku hal ini menjadi suatu kewajiban, tidak boleh tidak. Tanpa menafikan bahwa ada kewajiban-kewajiban yang lain, tapi ketika harus berbenturan, aku fikir, logikanya, sekala prioritas menjadi sesuatu yang mutlak. Semoga semuanya bisa sesuai dengan rencana.. amin

Satu Kesempatan Lagi..

Sekali lagi harus aku akui, bahwa memang sebenarnya aku telah banyak diberi kesempatan. Namun, untuk kesekian kalinya, aku telah menyia-nyiakan kesempatan itu. Dan lagi, sesal datang tanpa bisa dibendung. Seperti yang sudah-sudah, penyesalan selalu tidak menyenangkan. Tapi apa daya, semuanya, lagi-lagi, telah terjadi. Entah apa yang salah denganku, namun yang jelas memang pasti ada yang salah, dan hampir dapat dipastikan bahwa kesalahan itu murni dariku, tapi bagian apa? diriku yang mana? Kapan? seharusnya seperti apa? Itu yang tidak aku ketahui. Ketika permasalahan ini tidak tuntas, maka sangat mungkin kejadian ini akan terus, dan akan terus selalu berulang.. Bantu aku..!!

Refleksi tahun baru 2011 (bukan judul seminar)

Tahun baru kali ini, 2011 tidak terasa istemiwa bagiku, entah mengapa aku tidak tahu, yang jelas pikiranku tidak tertuju kesitu, aku sedang fokus dan meikirkan hal yang lain. Kembali ke malam pergantian tahun kemaren, aku bahkan tidak pergi kemana-mana. Tanpa kembang api, tanpa kerumunan orang, tanpa suara terompet, tanpa ransel dan tenda dalam dinginya hawa pegunungan seperti tahun lalu. Aku bahkan sudah “mengikrarkan” bahwa aku tidak akan merayakanya bebehari sebelumnya, dan tidak berubah sampai waktunya tiba.

Berubah..

Tetap, setidaknya sampe detik ini.. Belum terlihat adanya tanda-tanda perubahan Perubahan itu, yang selama ini aku tunggu Yang bisa merubah semuanya menjadi 180%, berbalik Namun, spertinya ada yang salah dengan kalimatku itu Aku merasa ada yang mengusik mata dan pikiranku Yah.. itu dia “ perubahan yang aku tunggu” Dalam kalimat itu, terasa aneh Apakah aku harus menunggu datangnya “perubahan” itu? Atau seharusnya aku yang menciptakan perubahan itu??