Tahun baru kali ini, 2011 tidak terasa istemiwa bagiku, entah mengapa aku tidak tahu, yang jelas pikiranku tidak tertuju kesitu, aku sedang fokus dan meikirkan hal yang lain.
Kembali ke malam pergantian tahun kemaren, aku bahkan tidak pergi kemana-mana. Tanpa kembang api, tanpa kerumunan orang, tanpa suara terompet, tanpa ransel dan tenda dalam dinginya hawa pegunungan seperti tahun lalu. Aku bahkan sudah “mengikrarkan” bahwa aku tidak akan merayakanya bebehari sebelumnya, dan tidak berubah sampai waktunya tiba.
Terlepas dari terfokusnya pikiranku pada hal yang lain tadi, tahun ini aku merasa bahwa pergantian tahun 2010 ke 2011 bukanlah hal yang menyentuh sisi emosi dan spiritualku. Tidak seperti ketika pergantian tahun hijriyah misalnya, yang secara syar’i kita memang di isyaratkan untuk melepas tahun sebelumnya dengan do’a ahir tahun, dan mengawali tahun baru dengan do’a awal tahun. Yang jika di kaji lebih dalam, do’a-doa tadi mengandung nilai-nilai muhasabah dan pengharapan-pengharapan, maka hal yang seperti ini bagiku sangat menyentuh sisi terdalamku, dan membuatku “bereaksi” karenanya.
Contoh lain, pergantian tahun ini juga tidak seperti pergantian semester dalam kalender akademik kampus. Karena setiap mengawali semester baru, aku selalu mempersiapkan diri dengan baik, merangkai-rangkai rencana jangka pendek dan panjang, mencoba membaca peluang mendapatkan kelas terbaik, mempersiapkan kegiatan-kegiatan pendamping kuliyah, dan sebagainya. Aku merasa bahwa pergantian semester akan sangat berpengaruh pada kehidupanku di kampus setidaknya selama enam bulan kedepan, maka, aku merasa ini sangat menyentuh “sisi dalamku”, yang denganya aku merasa harus “bereaksi”.
Oleh sebab itu, sampai bebeharapa hari menjelang hari pergantian tahun kemaren, aku mencoba-coba mencari sesuatu yang setidaknya dapat aku jadikan dasar, dan rujukan aku harus bereaksi. Adakah sesuatu yang dapat memberikanku alasan aku harus melakukan sesuatu di malam itu.. dan sampai waktunya tiba, aku tetap.. tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang kubuat sendiri itu.
Maka secara sadar, terencana, dan tidak dipengaruhi siapapun, malam itu, aku memilih untuk tidur dengan nyenyak, sendirian, di kontrakan.
Comments
Post a Comment