Skip to main content

Atur Posisi



Matahari sudah hampir bersinar sempurna ketika mata ini terbuka. Meski belum terasa lama tertutup, namun karena ada sesuatu yang harus dikerjakan, maka aku bangkit dengan agak sempoyongan, sebuah indikasi adanya sesuatu yang tidak tuntas sebelumnya, tidak salah lagi, kurang tidur.
Selepas membasuh muka dan diteruskan dengan ritual lain, aku sudah harus menyalakan “si Biru” yang menyimpan hampir semua kerangka kerjaku selama beberapa waktu terahir ini. Tidak tanggung-tanggung memang, tanggung jawab yang harus aku pikul kali ini seperti sesuatu yang asing bagiku. Meski telah banyak terlibat dalam hal yang serupa, namun rasanya berada dalam posisi yang seperti ini,,,  ahh.. tidak terbayangkan sebelumnya.


Jam delapan pagi, aku sudah memakai pakaian rapi, tidak lupa dengan jaket lusuh dan sepatu bututku. Dengan mantap aku “tunggangi” “mesin tuaku” yang tetap setia dengan tuan mudanya meski kadang agak “ngambek” kalo kena hujan. Sayang, hari ini ia tidak bisa sampe masuk kedalam kampus karena ada “Hari Bebas Asap”. Hari yang meski terdengar sedikit aneh, namun aku dengan senang hati menyambutnya. Setidaknya paru-paruku bisa mendapatkan udara lebih segar hari ini.

Seperti yang aku perkirakan sebelumnya, sejak meletakkan tas dan menyalakan “si Biru” di sana, aku hampir tidak melakukan kegiatan lain, maka aku habiskan hari ini dengan angka-angka di depan layar kecil dan nota-nota yang seperti tidak ada habisnya mengalir, tanpa permisi, tanpa sedikitpun memberikanku rasa ampun. Lelah, lelah sekali, tidak seperti yang sudah sudah. Sepertinya aku telah merasa salah menganggap posisi ini enteng.
Harus ku akui, ada banyak “rasa” yang muncul selama aku berada dalam posisi ini. Layaknya seorang pemula, aku agak, kadang juga sangat, kawatir dengan apa yang telah, sedang dan akan aku kerjakan. Namun atas nama profesionalisme, maka aku harus bisa setidaknya memperkecil rasa-rasa yang agaknya sedikit mengusik piikiranku itu. Susah sekali..

Comments

Popular posts from this blog

Bangun pagi

Pagi, meski tak lagi pagi karena matahari yang sudah meninggi Sunyi, masih tetap saja sunyi, hanya suara tv, sepi Bukan, air sudah beriak teriak lewat keran kecil Mesin-mesin juga sudah meraung-raung Wanita-wanita paruh baya sudah ramai, entah apa Bapak-bapak juga berkumpul di sisi lain, tapi tak banyak bicara Tapi lagi, kenapa masih sepi.. Atau aku yang terisolasi Mengisolasi?

Teori Empirisme

Lingkungan adalah salah satu hal pokok yang mempengaruhi kulaitas hidup seorang manusia, meski bukan satu-satunya - karena masih ada faktor bawaan atau yang biasa disebut faktor genetik-, namun banyak pendapat yang mengatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan seorang manusia. Bahkan pada abad pertengahan, seorang filsuf dan pakar pendidikan asal Inggris, John locke (1632-1704) mengeluarkan sebuah teori yang dinamakan dengan teori empirisme, teori ini menyatakan bahwa manusia di lahirkan didunia dalam keadaan seperti kertas putih yang masih kosong (tabularasa,locke), dan yang mengisi kertas itu pada nantinya adalah pengalaman-pengalaman yang dialami seorang anak tersebut hingga anak itu menjadi dewasa. Pengalaman-pengalaman itu bisa didapat secara langsung, atau ditularkan orang lain, misalnya melalui sekolah atau bantuan buku-buku yang dibaca oleh seorang anak tersebut.

Bahasa, Sastra dan Keindahan

Ketepatan dalam menggunakan bahasa akan sangat membantu tersampaikanya sebuah pesan secara maksimal, begitu juga sebaliknya, ketika bahasa yang digunakan itu kurang - atau bahkan tidak - tepat, maka pesan yang disampaikan akan - bisa jadi - berbeda dengan apa yang sebenarnya dimaksudkan. Tidak terlalu sulit memang untuk memilih bahasa yang  mudah dan dapat dipahami orang lain, meski kadang ada beberapa orang yang merasa kesulitan dalam hal ini.